Sorotrakyat.com | Kota Bogor – Membangun kota atau membangun negara adalah membangun manusia, tidak hanya infrastruktur tetapi juga kulturnya.
Hal ini ditegaskan Wali Kota Bogor, Bima Arya saat menyampaikan arahan kepada 136 kader dalam kegiatan Pemantapan Pelatihan Kader Penyuluh Wawasan Kebangsaaan di Green Forest Bogor, Senin (14/3/2022).
Bima Arya menyampaikan, jika diperhatikan banyak kota-kota, tidak saja di Indonesia yang terlihat keren fisiknya dan canggih teknologinya tapi bisa hancur dan bisa mundur dirusak oleh manusia.
Sejarah itu berulang dari dahulu sampai sekarang, yang membangun manusia dan yang merusaknya pun manusia. Banyak pemimpin yang gagal membangun manusia, abai membangun kultur dan aktor.
Sejak 2014 Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor membangun dan memperbaiki taman-taman, pedestrian, ruang terbuka dan lainnya, karena itu adalah hak untuk semua dan kota ini milik semua.
Namun dalam perjalanannya, apa yang sudah dibangun dan diperbaiki dalam satu atau dua pekan di corat coret oleh oknum vandalisme. Ada juga lampu taman yang dihancurkan, selain itu lorong bawah tanah yang sudah dirapikan tidak lepas dari aksi vandalisme.
“Untuk itu pembangunan infrastruktur atau fisik harus diiringi pembangunan kultur dan manusianya,” tegas Bima Arya.
Di sisi lain, berbicara persamaan dan persatuan yang menjadi bagian dari wawasan kebangsaan, menurut Bima Arya apa yang dilakukan para pemimpin bangsa dahulu sangat dahsyat dan sistematis. Pikiran dan wawasan rakyat di doktrin serta dijejali pemikiran-pemikiran wawasan kebangsaan.
Fitrah manusia menurutnya adalah egois, berjuang sesuai dengan kepentingan dirinya dan itu bisa mengakibatkan chaos karenanya harus diikat, dipersatukan, diatur lewat hukum dan edukasi (pendidikan).
“Bung Karno dan Pak Harto mengikat bangsa Indonesia selama puluhan tahun dengan pemikiran kebangsaan. Tidak mudah merumuskan Pancasila, panjang perdebatannya dan selesai ketika republik ini didirikan. Indonesia itu begitu beragam, Pancasila dan UUD 1945 ada untuk mempersatukan dan sudah selesai di tahun 1945, jika ada yang ingin mengoyak, menanyakan lagi serta menafsirkan lain, itu berarti keluar dari rel perjalanan bangsa Indonesia,” ungkapnya.
Baginya, menguatkan rasa kebangsaaan tidak harus ikut penataran, tidak harus dicekoki oleh hal-hal yang sifatnya formal. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menyaksikan dokumentasi atau film-film kebangsaan yang menceritakan perjuangan para pendahulu dan pendiri bangsa, seperti Ahmad Dahlan, HOS Cokroaminoto atau tokoh lainnya.
“Film-film kebangsaan itu keren dan inspiratif, menguatkan rasa kebangsaan kita. Jadi menguatkan kebangsaan dengan Pancasila apalagi membumikannya, banyak sekali caranya, kegiatan di ruangan ini hanya salah satu di antaranya. Ketika nanti keluar dari ruangan ini silakan lakukan dan cari pengalaman-pengalaman yang membuat kalian kaya akan wawasan dan pengalaman kebangsaan. Baca, nonton film dan sebagainya,” katanya. (Red)
Editor & Penerbit : Den.Mj