Sorotrakyat.com | Kota Bogor – Program urban farming yang disinergikan dengan kampung tematik dan identitas lokal melalui pemberdayaan kelompok tani dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang digerakan oleh warga menunjukan perubahan yang positif bagi perkembangan ekonomi masyarakat.
Satu diantara program besutan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang dijalankan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) dalam melakukan penghijauan serta memperluas cakupan urban farming di kampung Buntar, RT 4/8, Kelurahan Muarasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor dengan melakukan restorasi Kampung Pala Buntar.
Kampung Buntar ini dulunya dikenal sebagai penghasil buah pala. Namun sempat mengalami penurunan dan banyak pengusaha olahan pala yang mengambil pala dari luar kampung.
Penghijauan di Kampung Buntar ditandai dengan menanam ribuan bibit pohon pala yang ditanam di seluruh pelosok kampung, salah satunya di Saung Kelompok Wanita Tani (KWT) Bina Tani Buntar pada tahun 2020.
Setelah berjalan sekitar satu tahun lebih saat ini pohon pala sudah tumbuh besar dan berbuah lebat. Wali Kota Bogor, Bima Arya yang sedang ‘Ngantor’ di Kelurahan Muarasari sempat berkeliling Kampung Buntar dan mengunjungi Saung KWT Bina Tani untuk melihat perkembangan dan menampung aspirasi warga.
Ketua KWT Bina Tani yang juga pengelola Dapur Mysari, Nurhasanah mengaku sangat terbantu dengan adanya gerakan dan dukungan dari Pemkot Bogor untuk menghidupkan kembali kampung pala.
“Tanaman pala sudah sejak lama di Buntar. Waktu itu karena kami juga sudah ada olahan pala. Tapi memang berjalan standar. Kemudian sekitar tahun 2020 diresmikan Pemkot Bogor, direstorasi lah kampung pala ini. Dan sekarang Alhamdulillah, ya walaupun kemarin saat pandemi sempat terseok-seok tapi sekarang bangkit lagi,” katanya.
Selain membantu dari sisi restorasi kata Nurhasanah, Pemkot Bogor juga membantu memfasilitasi pemasaran produk olahan pala dari Kampung Buntar.
Bahkan, produk olahan pala dari Kampung Buntar yakni Permen pala, teh pala, keripik pala, manisan pala dan sirup pala beberapa kali mengikuti pameran yang diadakan oleh Pemkot Bogor maupun dari pihak luar pemerintah. Teranyar kata Nurhasanah, olahan pala ini juga dipamerkan dalam kegiatan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi).
Tak hanya itu, saat ini olahan pala juga sudah dipasarkan di beberapa supermarket di Kota Bogor.
“Kalau pemasaran Alhamdulillah dari Pemkot sangat membantu mulai dari pameran kemudian di galeri 100 persen Bogor Pisan, di Mal Botani Square, Dekranasda, kemudian kerja sama dengan supermarket. Jadi kalau secara pasar terbuka luas. Tinggal bagaimana kita mengikuti aturan pasar dari sisi kualitas dan kuantitas,” katanya.
Kemajuan pertanian pala dan olahan pala ini dirasakan oleh warga sekitar. Diantaranya adalah Nisa, seorang ibu rumah tangga yang sejak tahun 2020 saat restorasi Kampung Pala Buntar ikut beraktivitas di pertanian.
Sejak itu kata Nisa, ia diajak untuk bergabung dengan kelompok tani. Kemudian ia pun ikut mulai menanam pala baik di KWT maupun di pekarangan rumah warga. Setiap hari ia bersama anggota lainya dan warga merawat pohon pala.
Alhasil saat ini Nisa memiliki tambahan pemasukan untuk membantu perekonomian keluarganya.
“Awalnya tidak ada kegiatan ibu rumah tangga gitu. Terus diajak, jadi terbuka siapa yang mau. Dan sekarang Alhamdulillah punya pohon pala juga dapat pemasukan tambahan juga. Ya bersyukur jadi ada tambahan ekonomi,” akunya.
Pada kesempatan ‘Ngantor’ di kelurahan Wali Kota Bogor, Bima Arya sambil ditemani Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bogor, Yane Ardian ikut mempromosikan olahan pala.
Melalui akun media sosialnya Bima Arya dan Yane Ardian memperkenalkan dan menjelaskan produk olahan pala kepada masyarakat.
“Kita pastikan dan kita dorong terus UMKM di sini, seperti olahan pala Mysari ini,” pungkasnya. (Red)
Editor & Penerbit : Den.Mj