Tantangan Kebijakan Baru KRIS: RSUD Kota Bogor Siap Hadapi Perubahan

Sorotrakyat.com | Kota Bogor – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor tengah menghadapi tantangan besar seiring dengan penerapan kebijakan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) dari Kementerian Kesehatan. Kebijakan baru ini, yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) 59/2024 sebagai perubahan ketiga atas Perpres 82/2018, akan menggantikan sistem BPJS Kesehatan kelas 1, 2, dan 3. Aturan ini dijadwalkan berlaku menyeluruh untuk rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan paling lambat 30 Juni 2025.

Direktur RSUD Kota Bogor, dr. Ilham Chaidir, M.Kes, mengungkapkan bahwa pihaknya telah memulai pembangunan ruang KRIS sejak April 2025 lalu dan menargetkan rampung pada Juni 2025. “Saya berharap bisa selesai sesuai dengan target,” ujar pria yang akrab disapa Buya Ilham ini.

Meskipun KRIS bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan BPJS, implementasinya membawa konsekuensi serius bagi RSUD Kota Bogor. Salah satunya adalah penyusutan ruang rawat inap akibat pembangunan fasilitas KRIS.

“Sebelum pembangunan, tempat tidur di ruang rawat inap mencapai 548. Saat pembangunan KRIS, ruang rawat kita menyusut sebanyak 50 bed,” jelas dr. Ilham.

Penyusutan jumlah tempat tidur ini berdampak langsung pada penurunan pendapatan RSUD Kota Bogor. Dr. Ilham menekankan bahwa perencanaan pembangunan KRIS yang tidak matang dapat memberikan dampak buruk bagi operasional rumah sakit.

“Dengan adanya pembangunan, tentu pendapatan kita mengalami penurunan,” ungkapnya.

Selain pendapatan, pembangunan KRIS juga memengaruhi layanan kesehatan di RSUD Kota Bogor, khususnya di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Penumpukan pasien sering terjadi karena jumlah pasien yang perlu dirawat melebihi kapasitas ruang rawat yang tersedia. Tercatat, jumlah kunjungan IGD per hari mencapai 300-350 pasien, sementara kunjungan poliklinik mencapai 1.300 pasien setiap harinya.

Menyikapi kondisi ini, jajaran manajemen RSUD Kota Bogor memohon pemahaman dari masyarakat. “Kami juga meminta maaf, karena selama pembangunan KRIS, tentu akan memicu kebisingan yang mengganggu kenyamanan pasien saat mendapatkan perawatan. Kami berharap pasien dan keluarga dapat memahami hal itu,” jelas dr. Ilham.

Meskipun membawa tantangan, pembangunan KRIS diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kualitas layanan kesehatan di Kota Bogor. Dengan dukungan dan kesadaran masyarakat, proses transisi menuju sistem KRIS diharapkan berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat di masa depan. (Adv)

Editor & Penerbit: Den.Mj

Exit mobile version