Sorotrakyat.com | Kota Bogor – Atap bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Otista yang berada di Jalan Otto Iskandardinata no. 78, RT 01/ RW 12, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada Kamis (16/9) siang, langsung mendapatkan sorotan dari DPRD Kota Bogor.
Perwakilan Anggota Komisi IV DPRD Kota Bogor Ahmad Rifky Alaydrus dan Anna Mariam Fadhilah pun langsung mengecek lokasi untuk melihat kerusakan yang dialami.
Berdasarkan pantauan yang dilihat langsung oleh Rifky dan Anna, diketahui ada dua ruang kelas yang atapnya ambruk.
Namun selain itu, sejumlah ruangan kelas lainnya juga sudah mengalami kerusakan yang cukup parah dibagian atapnya. Hal itu terlihat dengan adanya beberapa lubang dan retakan pada plafon kelas.
Usai melihat kondisi tersebut, Rifky mengaku sangat sedih, dimana masih ada sekolah yang mengalami kerusakan parah padahal lokasinya tidak jauh dari Istana Presiden.
“ini di Kota Bogor pusat kota ya (tidak jauh dari istana presiden), cukup prihatin memang dengan kondisi yang seperti ini. Mungkin sebelumnya tidak tersentuh, dan kedepannya kami meminta kepada dinas pendidikan agar ini jadi perhatian yang lebih serius untuk menangani hal hal seperti ini,” tegas Rifky, Jumat (17/9).
Berdasarkan laporan yang ia terima dari kepala sekolah SDN Otista, diketahui bahwa bangunan sekolah tersebut belum pernah direnovasi sejak 2004 silam lamanya.
Sehingga diduga ambruknya atap dikarenakan sudah terlalu tua struktur bangunan dan memang harus mendapatkan perhatian lebih.
“Ya lihat kondisi sih memang tidak layak, jadi bukan karena memang kelayakan bangunan sebelumnya sudah diperbaiki dan tidak memenuhi spek, tapi ini memang speknya sudah lama,” ungkap Rifky.
Masih ditempat yang sama, menurut Anna, ambruknya atap SDN Otista harus menjadi pelajaran bagi Dinas Pendidikan. Mengingat pembelajaran tatap muka (PTM) akan segera dimulai di Kota Bogor.
Ia meminta agar Disdik segera menyelesaikan revitalisasi sarpras sekolah-sekolah yang ada di Kota Bogor, agar saat PTM nanti tidak ada lagi kasus seperti ini.
“Jadi ini mungkin pelajaran juga ya bagi kita semua. Karena mungkin dua tahun tidak dihuni ya, yang namanya bangunan kosong sehingga cepat rusak dan ini jadi alarm ya buat kita di DPRD maupun di Dinas untuk mengecek juga bangunan bangunan sekolah yang lain. Karena khawatir terjadi hal yang serupa. Sehingga sebelum kejadian kita sudah antisipasi dan bisa kita anggarkan di tahun berikutnya,” ungkap Anna.
Lebih lanjut, politisi muda dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, menyatakan akan menyisir sekolah mana lagi yang perlu mendapatkan prioritas.
Karena menurutnya semua orang tua ingin mengantarkan anaknya ke sekolah dengan rasa aman karena bangunan yang layak.
“Insyallah kita semua nggak ingin kejadian ini terulang lagi, apalagi menyangkut anak anak di sekolaah gitu ya. Semua orangtua pasti ingin mengantarkan anaknya dengan kondisi yang aman di sekolah, jangan sampai terjadi bencana,” tutupnya.
Untuk sementara, perbaikan atap dua ruang kelas SDN Otista akan menggunakan anggaran dari biaya tidak terduga (BTT). Setelahnya akan dianggarkan melalui APBD untuk perbaikan di 2022.
Kepala Disdik Kota Bogor Hanafi, mengaku sudah mendapatkan laporan dari Kepala Sekolah bahwa ruang kelas tersebut tidak layak digunakan.
Maka dari itu, sambil menunggu perbaikan yang rencana akan dijalankan pada 2022, ia meminta agar kelas-kelas tersebut tidak digunakan terlebih dahulu dan dikosongkan.
“Di 2021 dari kepsek. Temen kita di bidang Sapras sudah keliling semua, sudah ada komunikasi. Ada yang secara lisan menyampaikan, ada yang tertulis. Kita juga menyampaikan ini untuk dikosongkan dulu karena kondisinya tidak memungkinkan. Dan kebetulan memang sedang kosong, tidak ada PTM, tapi yang namanya bencana tidak bisa dihindarkan,” jelas Hanafi.
Mantan Kepala Bappeda Kota Bogor ini juga mengaku sudah menginventarisir sekolah yang rusak dan diketahui ada tujuh sekolah yang dilaporkan memiliki kerusakan yang perlu segera ditangani.
“Variasi. Kita nggak bisa disampaikan, ada tingkat kerusakannya dikit, tapi bisa merembet ke kelas lain. Secara teknis. Kalau kerusakan kita harus menyampaikan secara teknis. Tapi intinya hampir cukup banyak sekolah yang kerusakan ringannya cukup banyak,” pungkasnya. (red)
Editor & Penerbit : Den.Mj