Bima Arya Sebut Semua Kepala Daerah PR-nya Sama

Sorotrakyat.com | Kota Bogor – Bank Indonesia (BI) menggelar Sharing Session Webinar Economic Leadership for Regional Government Leader (REL) dengan tema Strategi Pemulihan Ekonomi Daerah secara zoom meeting, Senin (1/11/2021). Beberapa pembicara hadir pada sharing sessions ini tak terkecuali Wali Kota Bogor, Bima Arya yang juga menjabat sebagai Ketua APEKSI.

“Semua kepala daerah belajar banyak di masa Pandemi. Kita belajar bagaimana mengkombinasikan antara kesehatan sekaligus pemulihan ekonomi,” ujar Bima Arya.

banner 325x300

Dia mengatakan, semua kepala daerah PR-nya sama, di satu sisi harus menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa manusia, dalam konteks prokes, disisi lain ada kebutuhan untuk pemulihan ekonomi dan ini tidak mudah. Tak ayal dalam menekan angka terpapar Covid-19 dilakukan melalui kolaborasi dengan Pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.

“Kita juga harus segera beranjak dari masa emergency, menuju masa-masa pemulihan. Dan ini momentum yang tercipta ketika prokes relatif sudah bisa dikendalikan, kita ambil peluang dari relaksasi normalisasi yang sudah dilakukan setelah kondisi membaik,” katanya.

Terkait percepatan ekonomi diperlukan kolaborasi dan dukungan dari semua. Mengingat bukan saja mengembalikan dari negatif ke nol namun dari nol kemudian ada multi player effect supaya mendapatkan keuntungan lebih banyak lagi.

Bima menyebutnya, ekonomi rebound yakni harus jeli melihat ada peluang, ada model, ada norma dan ada pendekatan baru yang harus ditangkap untuk kemudian menghasilkan hal-hal positif yang lebih menguntungkan. Namun siklus penyelamatan dan percepatan akan mundur lagi jika ada tren baru Covid-19.

“Kalau kita lihat kondisi makro dari kota-kota APEKSI di seluruh Indonesia semuanya terdampak, jadi penduduk kota di APEKSI hampir 60 juta jiwa dan mengelola PAD Rp 89,5 Triliun, APBD tentu lebih besar,” ujarnya.

Baca Juga:  Presiden Arahkan Semua Mentri, Kepala Lembaga dan Kepala Daerah Beli Produk Dalam Negeri

Dampaknya sama seperti kota lain, IPM menurun, daya beli menurun, pertumbuhan ekonomi di akhir 2020 sempat minus, pengangguran naik karena di sektor terbuka banyak pengurangan tenaga kerja.

“Dari aspek pendapatan daerah sebetulnya dari 2015 trend PAD naik signifikan dari Rp 400 Miliar ke Rp 1 Triliun, atau hampir Rp 100 Miliar per tahun, namun begitu Pandemi Covid-19 langsung terkoreksi,” jelasnya..

Recovery dan rebound ekonomi kata Bima, prosesnya tidak saja menghitung ulang tapi harus memiliki data-data seberapa besar dampak Pandemi Covid-19, siapa terdampak dan sektor apa yang harus dipulihkan. Sebab, salah satu cara yang dilakukan untuk pulih harus bisa membaca medannya seperti apa, datanya seperti apa.

“Kami memberikan bansos untuk menyelamatkan orang-orang yang betul-betul terdampak dan tidak bisa hidup. Setelah itu kita rancang ekonomi recovery melalui kebijakan fiskal. Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam konteks pajak, seperti pengurangan pokok pajak, kebijakan BPHTB berupa tax insentif, pemberian tenggat waktu,” pungkasnya. (Red)

Editor & Penerbit : Den.Mj

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *