Sorotrakyat.com | Padangpanjang – Pameran karya foto tugas akhir yang akan digelar dengan memajang 72 foto, diantaranya, Ichsan Saputra 20 karya foto, Rezi Junia Wandina 20 karya foto, Rabbul Jahli 12 karya foto dan Idda Maggi Putri 20 karya foto yang kini menjadi salah satu opsi yang dapat dipilih mahasiswa Prodi fotografi untuk meraih sarjana.
“Pameran foto tersebut (25-26/01/2021) akan digelar di Galeri Taman Budaya Sumatra Barat, di Kota Padang,” tutur Ichsan Saputra saat dijumpai di kampus ISI Padangpanjang, Kamis (20/01).
Ichsan menambahkan “Pameran karya fotografi ini, walau memiliki tema minor yang berbeda, namun kami sepakat dengan tema mayor (besar) Satuneh atau Setunas karena kami tumbuh menjadi satu menyatu saling mendukung satu sama lain. Sementara tema saya yaitu ‘Representasi diri melalui medium Korek Api Kayu dalam Fotografi Ekspresi’ Pemilihan tema tersebut didasarkan pada keinginan untuk menampilkan gambaran suatu keadaan, bereksperimen melalui sebuah media benda yang dapat menggambarkan atau mengsifati melalui sebuah media korek Api Kayu. Karya Representasi dihasilkan dengan menginterpretasikan kegiatan aktivitas sehari-hari masyarakat Aceh baik segi kehidupan sosial, budaya, Aceh yang memiliki karakteristik dan kekhasannya tersendiri,” papar mahasiswa asal Usi Dayah, Pidie Aceh tersebut.
Sementara Rezi Junia Wandina menyatakan, “mengangkat judul ‘Frustasi Wanita dalam Fotografi Ekspresi’ dengan memotret seorang wanita menyampaikan bahwa setiap wanita telah mengalami frustasi tanpa disadarinya. Melalui dampak-dampak yang saya visualkan melalui karya fotografi ekspresi nantinya. Pengkarya tertarik untuk menuangkan frustasi tersebut kedalam sebuah karya fotografi ekspresi dengan menggunakan konsep yang mewakili setiap bentuk frustasi dan dapat menyampaikan pesan dari konsep tersebut. Pengkarya menggunakan objek utamanya yaitu manusia. Saya melihat Wanita dalam menjalani hidup ternyata juga memiliki masalah yang bertumpuk. Masalah yang w dihadapinya tidak dapat diungkapkan seperti laki-laki ketika memiliki masalah. Sehingga wanita lebih memilih menahan dan dipendam sendiri tak mau meng ungkapkan ke orang lain,” ujarnya saat ditemui awak media Sorotrakyat.com.
Sedangkan Idda Maggi Putri mengatakan, “saya mengusung judul Penciptaan tugas akhir ini ‘Idiyappam dalam Fotografi Dokumenter’ sehingga genre foto yang saya pilih ialah bergenre fotografi Dokumenter. Dokumenter makanan khas India ini pengkarya memvisualisasikan ke dalam bentuk foto story. Makanan yang dapat ditemukan di Kampung Kaliang, Kota Pariaman sudah ada sejak zaman dahulu, melalui Akulturasi Budaya. Idiyappam hadir melalui Akulturasi dua budaya yang berbeda melalui proses sosial yang tidak merusak budaya sebelumnya, dengan datang dan masuknya etnis India ke Pariaman, membawa budaya serta makanan khasnya yang dapat bercampur dengan baik. Idiyappam sebagai makanan khas India dan melalui Akulturasi Budaya keberadaan Idiyappam ini Pengkarya bangun melalui teknik bercerita dalam Dokumenter menggunakan Sanding, urutuan dan blok,” ucapnya.
Rabbul Jahli saat dijumpai juga mengatakan, “Genre karyanyya adalah fotografi model yang bertema ‘Light Painting pada Tubuh Perempuan’. Selama pengalamannya dalam dunia foto memotret model sangatlah menarik dengan menggunakan tekhnik Bulb. Pengalaman empiris inilah membuat saya sangat terinspirasi untuk mengangkat salah satu teknik yang berkembang pada masyarakat urban yaitu light art photography /light Painting. Tekhnik ini nantinya akan dipadukan dengan salah satu genre fotografi yaitu fotografi Model. Biasanya tekhnik bulb ini dilakukan dengan proses pergerakan cahaya dengan sengaja dilakukan untuk membentuk suatu tulisan atau goresan cahaya yang diinginkan. Fotografi Model adalah memotret alias menangkap momen yang melibatkan model. Nama aliran fotografi ini memang berasal dari obyek yang difoto. Fotografi model di mulai dari sebuah ide/imajinasi, kemudian dibantu oleh model untuk mendapatkan efek visual yang menarik.” Pungkasnya
Tidak hanya sampai disitu, Rabbul Jahli juga mengatakan Satuneh tu sama dengan setunas. “Kenapa kami memilih tema besarnya Satuneh atau setunas, ibarat nya itu Kita itu sama seperti tunas baru yang mencoba untuk bertahan hidup demi menjadi besar. Kita itu dalam menempuh pendidikan dikampus institut Seni Indonesia (ISI) Padangpabjang ini sama sama memulai dari awal untuk mencona mencari jati diri, dan kita bersama sama mencari jati diri dalam dunia perfotografian. dalam sebuah ajang pemeran tugas akhir ini, kami ingin memperlihatkan sejatinya fashion kita itu berada di dalam dunia fotografi,” tuturnya. (Fadhli)
Editor & Penerbit : Den.Mj