Sorotrakyat.com | Nasional – Tanaman kopi adalah kelompok semak belukar dari genus Coffea, yang termasuk dalam famili Rubiaceae, subfamili Ixoroidae, dan suku Coffeae. Jenis kopi yang paling banyak dibudidayakan adalah kopi arabika dan robusta. Selain itu, ada juga jenis liberika dan ekselsa, namun kedua jenis ini jarang dibudidayakan oleh petani kopi.
Menurut Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), Indonesia adalah produsen kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Hasil panen kopi tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga diekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional, menjadikan kopi sebagai salah satu sumber pendapatan utama dan penghasil devisa bagi Indonesia.
Produksi kopi di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 637.539 ton dengan 35% (224.681 ton) untuk memenuhi kebutuhan domestik dan 65% (412.858 ton) untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional. Pada tahun 2017 produksi kopi untuk ekspor mencapai nilai FOB (Free on Board) 1.037.227,5 US$ atau 48,79% dari total ekspor komoditas perkebunan Indonesia.
Sektor pertanian kopi di Indonesia memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian nasional. Peran ini terlihat dari kemampuannya menyerap banyak tenaga kerja, menghasilkan devisa negara, dan berkontribusi pada pendapatan nasional. Pentingnya sektor ini juga tampak dari neraca perdagangan dan pembayaran, yang menunjukkan surplus dari hasil ekspor produk pertanian ke pasar internasional dan pengurangan impor.
Jenis Kopi yang dibudidayakan di pangalengan adalah kopi arabika atau disebut pula Arabica Java Preanger. Jenis kopi ini mulanya ditanam di daerah Jawa Barat kemudian dibawa oleh pemerintah hindia belanda untuk di ekspor kembali keseluruh dunia. Orang dahulu biasa menyebutnya dengan istilah “A Cup Of Java”.
Kopi arabika dikenal sebagai kopi tertua yang berada di indonesia dengan memiliki banyak penghargaan seperti empat penghargaan dari Speciality Coffee Association of America Expo. Membuktikan bahwa kopi arabika bukan hanya menarik perhatian masyarakat lokal tetapi juga menarik perhatian bagi masyarakat internasional.
Kopi arabika memiliki cita rasa yang sangat khas dengan manis, pahit dan asam yang sedikit kuat membuat sangat pas di lidah serta aroma manis yang sangat unik tergantung pada daerah pertumbuhan dan cara pengolahannya.
Teknik pengolahan kopi arabika memiliki dua cara yaitu menggunakan Metode Basah (Wet Method) dan Metode Kering (Dry Method). Setelah biji kopi Arabika diproses, biji tersebut digiling menjadi bubuk kopi. Tingkat kehalusan penggilingan memengaruhi rasa, aroma, dan kekentalan kopi yang dihasilkan.
Kabupaten Bandung merupakan penghasil kopi terbesar di Jawa Barat, dengan salah satu pusat produksi terletak di Kecamatan Pangalengan. Pada tahun 2016, volume produksi kopi di Pangalengan mencapai 14.680 ton (BPS, 2017). Produksi Kopi Java Preanger (KJAP) di daerah ini mencatatkan 27,62 ton untuk bahan mentah dan 6,9 ton untuk hasil olahan. Pengembangan lahan kopi di Kecamatan Pangalengan mencakup area seluas 1.028,10 hektar, dengan 912,10 hektar dikelola oleh masyarakat sebagai perkebunan rakyat dan 296 hektar dikelola oleh pihak swasta sebagai perkebunan swasta.
Petani di Pangalengan umumnya menjual kopi dalam bentuk gelondongan basah (cherry) kepada koperasi, pedagang, dan usaha pengolahan kopi. Saat ini, terdapat lima pabrik pengolahan kopi di Pangalengan yang berbentuk badan usaha koperasi, perseroan terbatas (PT), maupun perusahaan perseorangan. Para pelaku agroindustri kopi ini mengolah kopi Java Preanger menjadi green bean, roasted bean, dan ground coffee yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Desa Margamulya telah menjadi salah satu sentra produksi kopi terbaik di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Kecamatan ini dikenal dengan kualitas kopi yang sangat baik dan telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang bernilai ekonomi tinggi.
Keberadaan agroindustri kopi di Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, telah membawa perubahan signifikan dalam perekonomian dan sosial masyarakat setempat. Mereka tidak hanya menampung hasil produksi kopi, tetapi juga meningkatkan nilai tambah dan pendapatan ekonomi masyarakat, sehingga menciptakan iklim makro yang kondusif untuk pengembangan kopi Java Preanger.
Dalam beberapa tahun terakhir, Desa Margamulya telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam sektor pertanian kopi. Perkembangan ini dimulai dengan diterapkannya sistem pertanian agribisnis yang lebih modern dan efisien. Sistem ini membantu meningkatkan hasil produksi kopi dan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, sistem agribisnis juga membantu meningkatkan nilai tambah dan pendapatan ekonomi masyarakat.
Meskipun memiliki potensi yang besar, pengembangan kopi di Pangalengan tidaklah bebas dari tantangan. Infrastruktur yang belum memadai, keterbatasan akses pasar, serta kurangnya pengetahuan petani mengenai teknik budidaya dan pascapanen yang modern masih menjadi kendala utama. Namun, di balik tantangan ini, ada peluang besar untuk menjadikan Pangalengan sebagai destinasi kopi unggulan.
Peluang ini dapat direalisasikan dengan dukungan dari pemerintah daerah, kolaborasi dengan komunitas kopi, serta partisipasi aktif dari petani dan pengusaha lokal. Dukungan ini dapat mendorong minat publik terhadap keberlanjutan usaha kopi di Pangalengan.Saat ini, di Pangalengan terdapat lima pabrik pengolahan kopi yang beroperasi dalam bentuk koperasi, perseroan terbatas (PT), dan perusahaan perseorangan. Para pelaku agroindustri ini memproses kopi Java Preanger menjadi green bean, roasted bean, dan ground coffee sesuai dengan permintaan konsumen.
Keberadaan pabrik-pabrik ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk kopi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Kopi yang diolah di pabrik-pabrik tersebut kemudian didistribusikan ke seluruh Indonesia, termasuk ke kedai kopi seperti “TUKU” di mana kopi Pangalengan bisa ditemukan dan siap dinikmati.
Mengembangkan wisata kopi di daerah Pangalengan juga merupakan peluang yang menjanjikan. Seperti membuat tur perkebunan kopi, edukasi tentang proses pengolahan kopi, dan membangun kafe-kafe yang menyajikan kopi lokal dapat menarik wisatawan dan pecinta kopi untuk datang dan menikmati keindahan alam serta kekayaan kopi Pangalengan.
Selain itu, diversifikasi produk adalah salah satu peluang lainnya untuk pengembangan bisnis kopi di Pangalengan. Selain memproduksi kopi dalam bentuk green bean dan roasted bean, pelaku usaha dapat mengembangkan produk turunan seperti kopi instan, kopi kapsul, dan produk olahan lainnya yang memiliki nilai tambah lebih tinggi untuk dipasarkan secara massal.
Pangalengan, sebagai daerah yang potensinya belum sepenuhnya tereksplorasi, memiliki banyak peluang untuk berkembang. Dengan kualitas kopi yang diakui secara internasional dan dukungan kelembagaan yang kuat, Pangalengan bisa menjadi destinasi impian bagi pecinta kopi dan pelaku bisnis kopi. Pengembangan agrowisata berbasis kopi juga merupakan strategi menarik yang dapat mengintegrasikan pariwisata dan agribisnis, sehingga memberikan nilai tambah bagi daerah ini.
Dengan keindahan alam dan potensinya yang melimpah, siap menyongsong masa depan yang cerah sebagai surga kopi. Di tengah perkembangan pesat industri kopi, Pangalengan menawarkan harapan dan peluang bagi mereka yang ingin mengeksplorasi dan mengungkap kekayaan tersembunyi dari biji kopi yang tumbuh di tanahnya. Jadi, ketika Anda menikmati secangkir kopi berikutnya, ingatlah bahwa di Pangalengan, keajaiban kopi sedang menunggu untuk ditemukan.
Oleh :
Editor & Penerbit: Den. Mj