Sorotrakyat.com | Kota Bogor – Sebutan Kota Bogor bukan sekadar kota hujan yang sejuk dan asri. Lebih dari itu, Bogor menyimpan catatan sejarah emas sebagai cikal bakal lahirnya perwira-perwira tinggi, pahlawan revolusi, dan pahlawan nasional Indonesia. Fakta historis ini ditegaskan oleh Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, saat menerima kunjungan dari Yayasan PETA di Rumah Dinasnya pada Senin (12/5/2025).
Pertemuan tersebut menjadi pengingat akan Surat Keputusan (SK) DPRD Kotamadya Tingkat II Bogor tertanggal 19 Oktober 1995, yang secara resmi menetapkan Bogor sebagai Kota Pembela Tanah Air (PETA). Penetapan ini bukan tanpa alasan. Jauh sebelum kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1943, Kota Bogor menjadi saksi bisu berdirinya sekolah Pembela Tanah Air (PETA) di Jalan Jenderal Sudirman. Di sinilah, para tokoh bangsa yang kelak menjadi pilar-pilar kemerdekaan dan kemajuan Indonesia menimba ilmu dan menempa jiwa patriotisme.
Wali Kota Dedie A. Rachim menekankan betapa pentingnya mewariskan latar belakang sejarah yang luar biasa ini kepada generasi penerus. “Anak-anak harus belajar bahwa Kota Bogor adalah salah satu kota di mana para pahlawan nasional, para pendiri bangsa, para orang-orang hebat, baik di kalangan sipil maupun militer, termasuk Bung Karno juga berasal dari Kota Bogor,” tuturnya. Beliau menambahkan bahwa Bogor menjadi salah satu pijakan penting sebelum para tokoh tersebut melanjutkan pendidikan militer dan perjuangan kemerdekaan.
Sebagai wujud komitmen untuk mengenang jasa para pahlawan dan memberikan pembelajaran kepada generasi mendatang, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bersama Yayasan PETA kembali mematangkan rencana pembangunan Patung Jenderal Sudirman di Kota Bogor. Lokasi yang dipertimbangkan adalah di Jalan Jenderal Sudirman, di sekitar area air mancur. “Dengan demikian maka ikatan sejarah kita, masa depan dan masa lalu itu terpatri dengan adanya patung Jenderal Sudirman yang ada di Kota Bogor,” ungkap Dedie Rachim.

Ketua Yayasan PETA, Tinton Soeprapto, menjelaskan bahwa Jenderal Sudirman bukan hanya sekadar tokoh militer, tetapi juga merupakan penggerak perang gerilya pertama di dunia pada masanya. Lebih lanjut, beliau menyoroti bahwa Jenderal Sudirman adalah angkatan pertama yang dididik di sekolah PETA yang didirikan oleh para founding fathers bangsa, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Ageng Suryomataram, Ki Hadjar Dewantara, Gatot Mangkupraja, KH Mas Mansoer, serta Haji Agus Salim. “Jadi ini salah satu kesempatan untuk pak wali kota, bahwa kita tidak lupa dengan sejarah. Jadi pergerakan itu menjalani pendidikannya dimulai dari Kota Bogor, yang saat itu satu-satunya di dunia yang memiliki pembela tanah air, termasuk ayah saya juga ikut di dalamnya,” kata Tinton Soeprapto.
Sejarah mencatat bahwa Pendidikan dan Pelatihan Tentara PETA dimulai pada tahun 1943 di Kota Bogor dan dibubarkan setelah Indonesia meraih kemerdekaan pada tahun 1945. Namun, semangat dan nilai-nilai perjuangan PETA tidak pudar. Pada tahun 1993, sebuah langkah penting diambil dengan dimulainya pembangunan Museum PETA di Jalan Jenderal Sudirman, Bogor Tengah. Peletakan batu pertama museum ini dilakukan oleh mantan Wakil Presiden RI ke-4, Umar Wirahadikusumah, dan diresmikan pada tahun 1995 oleh Presiden Soeharto. Keberadaan museum ini menjadi bentuk penghargaan dan pelestarian sejarah, menyimpan lebih dari 500 senjata aktif peninggalan PETA.
Terkait rencana pembangunan Patung Jenderal Sudirman, Tinton Soeprapto menyampaikan rasa bangganya terhadap kepemimpinan Kota Bogor yang memiliki visi untuk melestarikan sejarah dan mewariskannya kepada generasi mendatang. “Jadi gayung bersambut, kita naik perahu kemudian pak wali mengibarkan layarnya. Jadi pak Wali Kota, Dedie Rachim ini di awal menjabat sudah berani membuka sejarah-sejarah dan mau juga memberikan pembelajaran kepada generasi akan datang,” pujinya.
Kendati demikian, Tinton Soeprapto mengingatkan bahwa rencana pembangunan patung Jenderal Sudirman ke depan juga harus melibatkan berbagai pihak, termasuk para ahli sejarah, untuk memastikan keakuratan dan nilai edukasi yang optimal. Dengan sinergi antara Pemkot Bogor, Yayasan PETA, dan berbagai elemen masyarakat, diharapkan Kota Bogor akan semakin mengukuhkan dirinya sebagai kota bersejarah yang terus menginspirasi dan mendidik generasi penerus bangsa.
(DR)
Editor & Penerbit: Den.Mj













