Sorotrakyat.com I Subang – Di tengah derasnya arus zaman, masyarakat Subang Utara tetap setia melestarikan tradisi khas yang turun-temurun: arak-arakan hajatan sunatan. Tradisi ini bukan sekadar hiburan, melainkan lambang syukur dan kebersamaan warga kampung.
Arak-arakan ini dahulu dikenal sebagai Singa Depok, namun kini berkembang menjadi bentuk yang lebih kreatif seperti Burung Elang, atau kombinasi keduanya. Hiasannya megah, penuh warna, dilengkapi lampu sorot dan iring-iringan musik yang menggema. Tokoh boneka besar yang dihias menyerupai ratu atau dewi tampil anggun di atas panggung tandu yang dipikul secara estafet oleh pemuda-pemuda desa.
“Lha iki anaké Hanum arep disunat, yo kudune diramekna, ben semangat lan ora wedi,” ucap salah satu warga sambil tersenyum bangga.
Foto di atas menangkap kemeriahan itu: boneka wanita bersayap anggun berdiri di atas kepala Singa dengan hiasan megah, diapit sayap besar berwarna-warni dan sorot lampu temaram menjelang senja. Nama “Hanum” terpampang jelas sebagai simbol hajatan yang sedang dirayakan.
Grup seni ini umumnya didatangkan dari luar daerah seperti Indramayu, sentra seni tradisional di Pantura. Iringan musik gamelan, kecapi suling, organ keliling, dan bunyi kendang menciptakan suasana semarak, mengundang warga dari berbagai usia tumpah ruah di pinggir jalan.
“Kulo nonton iki sak keluarga, saben tahun mesti ono acara koyok ngene. Ngelipur ati tenan,” kata seorang ibu sambil menggandeng anaknya.
Tradisi ini bukan hanya menjadi tontonan, tapi juga identitas. Ia tumbuh dari semangat gotong royong, guyub, dan cinta akan budaya sendiri. Di tengah modernisasi, arak-arakan ini menjadi bukti bahwa masyarakat Subang Utara mampu menjaga warisan budaya sambil tetap berinovasi.
Mari rawat warisan budaya kita, karena dari sinilah jati diri kita berasal.
Salam sejahtera, salam budaya, kanggo rakyat Subang sing isih nresnani tradisine dhewe.
(Nana) Penerbit : DenMJ













