Sorotrakyat.com | Jakarta – Madam Oud produsen sekaligus eksportir gaharu dan produk olahan nya berkolaborasi dengan Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) mendukung pengembangan desa wisata berbasis masyarakat.
Menurut CEO Madam Oud, Dewi Fortuna dalam Talk Show bertajuk ‘Desa Wisata Bangkit Ekonomi Pulih’ di Gebyar Wisata Nusantara (GWN) Expo 2022 Jakarta Convention Center, bahwa masih banyak potensi desa di Indonesia yang belum tergarap.
Karena pengertian desa wisata tidak hanya sekedar menjual keindahan alam semata, namun juga harus mampu menjadi nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui produk yang dihasilkan dari potensi desa yang ada.
“Pengalaman kami mengedukasi sekaligus mengajak masyarakat untuk budi daya gaharu kemudian mengolahnya menjadi banyak produk bernilai ekonomi juga menjadi bagian dari pengembangan desa wisata,” paparnya saat menjadi salah satu pemateri di GWN Expo 2022 Jakarta, Sabtu (2/7/2022).
Ia mengatakan selama ini masyarakat maupun petani di Indonesia hanya mengenal gaharu sebagai kayu yang sangat mahal dan hanya tersedia di alam bukan dari hasil budidaya.
Selama ini, kata dia, masyarakat desa atau petani hanya mengandalkan padi dan jagung sebagai komoditas utama selain hasil hutan.
“Kami berikan pengertian dan edukasi bahwa potensi lahan yang dimiliki bisa dikembangkan lagi menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah melalui budi daya gaharu,” jelasnya.
Jadi, lanjut dia, budi daya tanaman gaharu tidak saja menyelamatkan dari kepunahan namun juga menjadi upaya penghijauan karena menanam gaharu sebaiknya diselingi tanaman produktif lainya atau tumpangsari agar penghasilan utama tetap berjalan.
Ia pun menjelaskan bahwa gaharu tidak hanya diolah getahnya menjadi produk herbal atau aroma terapi dan dupa saja namun juga bisa dimanfaatkan semuanya mulai dari daun hingga biji sehingga minim limbah bahkan hampir tidak ada limbah.
“Daunya bisa diolah menjadi teh, bijinya diolah menjadi kopi gaharu dan kayunya juga bisa dibuat menjadi banyak aksesoris dan minyaknya kita suling,” terang dia.
Di Blitar tepatnya di dukuh yang berada di pedalaman, kata dia, proses pengolahan gaharu berada dalam satu atap mulai dari hilir hingga ke hulu.
“Jadi masyarakat atau petani desa kita libatkan karena pangsa pasarnya luas tidak hanya di timur tengah,” ujarnya.
Ia menambahkan tradisi yang dihasilkan melalui gaharu dikenal semua agama hingga keyakinan tertentu.
“Gaharu dan produk olahan nya dibutuhkan dalam tradisi maupun ritual banyak agama di dunia. Untuk itu budi daya tanaman gaharu menjadi bagian dari pengembangan desa wisata melalui produk kreatif yang dihasilkan serta memiliki nilai tambah yang turut mensejahterakan masyarakat,” bebernya. (Red)
Editor & Penerbit : Den.Mj