SCENE 2021, Diharap Banyak Bermunculan Film-film yang Menginspirasi

Sorotrakyat.com | Kota Bogor — Wali Kota Bogor Bima Arya membuka Inkubasi SCENE (Masterclass Pengembangan Skenario Film TV dan OTT) 2021 yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di The 1O1 Suryakencana Bogor, Jumat (20/8/2021).

Bima Arya melihat, begitu semaraknya perkembangan dunia digital dan industri kreatif serta makin banyak peluang-peluang yang tercipta dari sektor ini. “Tantangan bagi pemerintah bagaimana membangun kolaborasi, mendorong potensi yang ada di anak-anak muda ini. Sehingga bukan saja targetnya dalam perspektif ekonomi, tetapi menurut saya yang jauh lebih penting adalah bagaimana menguatkan kebangsaan kita, yaitu proses nation building,” ungkap Bima Arya.

Bogor, kata Bima, sangat siap untuk berkolaborasi karena butuh anak-anak muda dengan kekuatan ide untuk memaksimalkan eksposur dari potensi Kota Bogor, baik ekonomi, pariwisata, dan potensi lainnya melalui visual atau film.

“Saya sangat suka menonton film, Mulai dari film luar Hollywood, Eropa, Asia, semuanya. Karena menurut saya film itu bukan hanya entertaining tapi juga inspiring. Hidup saya itu banyak dibentuk oleh film. Dari mulai saya SMA, saya sudah koleksi film-film politik. Saya nonton film Malcolm X, JFK, Lincoln dan macam-macam,” kata Bima.

“Apalagi sekarang ada Netflix, kalau ada waktu luang apalagi ketika di rumah saja, surga lah Netflix ini. Bahkan saya baru nemu pidato Bung Karno ketika masuk Istana. Luar biasa inspiring,” terangnya.

Saat ini, lanjutnya, anak-anak muda memiliki modal yang luar biasa, yaitu interest of ideas. “Dulu ada masanya comparative advantage. Di mana keunggulan satu bangsa itu atas dasar keunggulan natural resources, pertanian, tambang. Tapi sooner or later will be finished. Ke depan, ide dan gagasan. Menurut saya, sekarang kondisinya tidak bisa hanya mengandalkan kekayaan alam kita. Tapi ideas, creativity is unlimited,” imbuh Bima.

Bima mengaku bangga ketika muncul film-film yang menginspirasi, seperti film tentang Bung Karno dan Jenderal Sudirman yang main Adipati Dolken. “Itu keren, tapi terus menerus kita harus membuat itu dari berbagai macam kanal. Jangan sampai anak-anak muda dijejali dengan tontonan yang isinya trik-trik saja, eksploitasi kemewahan, eksploitasi hedonisme. Oke saja untuk menghibur. Tapi we need much more than that. Kita perlu inspiring story. Di tangan Anda lah itu semua bisa dilakukan,” katanya.

Sementara itu, Direktur Aplikasi Permainan TV dan Radio Kemenparekraf Syaifullah menjelaskan, SCENE 2021 berhasil mengumpulkan 14 peserta yang disaring dari 4 kota penyelenggaraan.

“Ada 7 Provinsi yang ikut terlibat di sini, yaitu dari Sumatera Barat, Riau, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat. Kenapa ini menjadi penting? Kita lagi on the way dari 4G ke 5G di mana video streaming itu menjadi suatu hal yang biasa. Perkembangan OTT yang sangat luar biasa seperti Netflix, Disney, belum lagi yang lokal ada Vidio, Maxstream, Goplay, Bioskop Online dan lain-lain, banyak sekali. Di tambah dengan TV yang juga makin bertambah dengan TV Digital,” jelas Syaifullah.

Dengan maraknya kanal-kanal untuk menonton film, kata dia, kebutuhan konten semakin banyak. “Inti dari konten adalah cerita. Dengan kebutuhan yang sangat besar dan semakin meningkat tapi tidak diiringi dengan pertumbuhan penulis skrip yang handal. Dengan membuat SCENE kita berusaha mencari bibit-bibit baru, bukan yang hanya dari Jakarta, tapi dari daerah,” terang dia.

Sejak dimulai tahun lalu, lanjutnya, sebanyak 7 alumni SCENE sudah bergabung sebagai penulis di dalam industri film, kemudian ada 3 cerita yang akan segera diproduksi ke layar lebar dan ada 3 lagi yang sedang penjajakan untuk mewujudkan cerita menjadi serial.

Syaifullah berharap, apa yang terjadi dengan film Laskar Pelangi yang mengubah Belitung dari tidak dikenal orang, menjadi destinasi wisata favorit. “Jadwal penerbangan saat itu masih seminggu sekali. Setelah itu menjadi 20 kali dalam sehari. Kalau kita menuju ke Pantai Belitung sekarang hotel Bintang 5-nya berjejer. Ketika orang makin banyak yang datang pasti perekonomian berubah jadi lebih tumbuh. Orang kuliner, kebutuhan kerja juga meningkat. Nah ini efek-efek dari pada promosi yang dilakukan melalui film. Yang merupakan soft selling,” bebernya. (Red)

Editor & Penerbit : Den.Mj

Exit mobile version