Sorotrakyat.com | Depok – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Depok menyelenggarakan pertemuan ilmiah pada 11-13 Agustus 2023, mengangkat tema Lifestyle Related Disease menjelaskan bahwa penyakit yang berkaitan dengan gaya hidup merupakan kondisi medis yang dipengaruhi oleh pilihan gaya hidup yang tidak sehat.
Selain itu, dalam salah satu kesempatan ini disampaikan pentingnya gaya hidup herbal jahe merah konsumsi herbal jahe merah yang dapat membantu menjaga daya tahan tubuh kini telah diperkuat dengan uji klinis.
Jahe merah merupakan tanaman rimpang Indonesia yang biasa digunakan sebagai obat tradisional atau herbal. Seperti Korea yang memiliki Ginseng, Indonesia memiliki jahe merah yang patut dibanggakan. Jahe merah menjadi salah satu bahan baku unggulan produk herbal PT. Bintang Toedjoe yakni Bejo Jahe Merah yang merupakan produk herbal untuk masuk angin.
Dalam kesempatannya, Dr. Ahmad Hidayat menyampaikan adanya piramida bukti ilmiah yang harus selalu dikedepankan. Karena menurutnya, sebagai seorang dokter dalam berpraktek harus berbasis terhadap bukti ilmiah. Tentu kita ingin ada bukti ilmiah yang tinggi terhadap setiap penemuan baru, kalau kita kaitkan dengan herbal, mana apakah tersedia bukti ilmiah yang terbaru yang ada
Ada beraneka ragam herbal yang ada di Indonesia, harapannya jahe merah menjadi unggulan Indonesia. Saya mau mengedepankan satu contoh saja disini yaitu jahe merah, yang mungkin bisa menjadi pertimbangan dari sejawat sekalian. Kenapa jahe merah? karena ternyata jahe merah ini merupakan bahan alam unggulan Indonesia yang harapannya nantinya sebanding dengan ginseng yang mendunia sebagai contohnya. Kalau di Korea katanya punya ginseng, kalau di Indonesia ya jahe merah,” ungkapnya.
Pentingnya bukti ilmiah terhadap produk herbal juga ditekankan oleh Dr. dr. Ahmad, Kita perlu memberikan apresiasi terutama kami sebagai praktisi uji klinik karena PT. Bintang Toedjoe yang merupakan salah satu produsen produk herbal berbasis jahe merah sudah melakukan satu penelitian uji klinik, dalam rangka menghasilkan bukti ilmiah yang tinggi, yaitu di RS Wisma Atlet sudah melakukan satu dengan penelitian randomised control trial yang sudah memberikan hasil-hasil yang dapat kita tunjukkan ini dikatakan baik.
Penjelasan terkait dengan hasil study uji klinik jahe merah pun juga disampaikan secara detail perlunya fokus pada klinis, bukan hanya efikasi saja. Nampaknya untuk herbal ke depan kita perlu fokus tidak hanya pada efikasi, tetapi juga di klinikal nya, tapi juga pada yakni pada gejala gejala klinis.
Penelitian dengan menggunakan herbal ini dengan penerapan rekam medik electronik kedepan, maka kita bisa mengumpulkan data tidak hanya dalam waktu singkat.
“Penelitian kami di RS Wisma Atlet dengan Bejo jahe merah ini hanya memerlukan waktu 6 bulan itupun pasiennya hanya menggunakan produk herbal berbasis jahe merah selama 14 hari, tapi dengan rekam medik electronik kita bisa menggunakan dalam waktu jangka panjang kemudian kita bisa kombinasi dengan obat-obat yang lain kemudian dan juga jenis-jenis terapi yang lainnya. Hal ini perlu kita kedepankan bagaimana penggunaan herbal kita kedepan di masa yang akan datang dikaitkan dengan pemanfaatan rekam medik elektronik agar herbal kita bisa mempunyai bukti ilmiah yang lebih baik lagilagi,” jelasnya.
Di akhir sesi pembahasan uji klinis Bejo jahe merah, dapat disimpulkan bahwa saat ini kita sudah masuk ke era transformasi digital dengan penerapan rekam medik elektronik. Untuk kita terpakan gunakan berdasarkan Permenkes 24 tahun 2022, namun demikian kita perlu terus tingkatkan kompetensi kita, dalam hal ini terkait literasi, bahwa data yang kita kumpulkan itu penting sekali untuk kita dapat masuk kepada pengembangan teknologi baru. (Red)
Editor & Penerbit : Den. Mj