Sorotrakyat.com | Jakarta – Sejumlah aktivis pro-persatuan dan kemajuan Indonesia menggelar konsolidasi intensif di DPP Persauderaan 98, Jakarta, Jumat (19/1).
Konsolidasi ini dihadiri oleh sejumlah tokoh aktivis 98, antara lain Budiman Sudjatmiko, Haris Rusli Moti, Eli Salomo Sinaga, Wahab Talaohu, Agus Jabo Priyono, Rachlan Nashidik, Wignyo Prasetyo, Sangap Surbakti, Salamuddin Daeng, Mangapul Silalahi, Sulaiman Haikal, Panel Barus, Bungas T. Fernando Duling, Hendarsam Marantoko, Anto Kusumayuda, David Herson, Andi Arief, Urai Zulhendry, Gigih Guntoro, Rahman Toha, Fernando Rorimpandey, Ricky Tamba, George Edwin Sugiarto, Jhohannes Marbun, dan Kun Nurachadijat.
Dalam konsolidasi tersebut, para aktivis 98 menegaskan komitmen mereka untuk menjaga persatuan dan kemajuan Indonesia. Mereka juga menolak segala bentuk upaya untuk memecah belah bangsa, upaya pemakzulan, anggapan politik Dinasti termasuk upaya yang menggunakan isu SARA.
“Ini jaman yang transparan, jaman digital sangat demokratis. Hari gini ngomong Orde Baru itu omong kosong!,” tegas Haris Rusli Moti kepada pers.
Ia menjelaskan bahwa pada saat pertama kali Indonesia memulai demokrasi Pemilu langsung semua harus berprasangka baik, bangsa Indonesia akan dapat melewati bersama masa-masa sulit untuk memulihkan ekonomi dari pukulan krisis moneter.
“Namun elite politik kita sampai pada kesadaran bahwa bangsa Indonesia tidak akan bisa bertahan, menambah daya dan kekuatannya, membangun, mengangkat derajatnya di antara bangsa bangsa, jikalau tidak ada kesinambungan, keberlanjutan antar generasi, penyempurnaan atas segala pencapaian pemimpin politik,” jelasnya.
Sedangkan Kun Nurachadijat menegaskan bahwa Indonesia adalah sebuah organisasi besar yang tidak akan lepas dari proses Forming, Storming, Norming dan Performing seperti halnya organisasi biasa.
“Maka saat ini terhitung setelah reformasi adalah fase Storming, ditandai dengan banyaknya penyesuaian sana sini dalam berbangsa dan bernegara,” tandas Ketua
OPT UI 96 dan Ketua Presidium Sidang Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi Se- Indonesia 1996 ini.
“Mari kita jadi bangsa yang bersyukur dalam bentuk mengawal bangsa ini dari Storming menuju fase Norming bahkan performing menjadi mercusuar dunia baik dari kepemimpinan, teknologi dan IPTEK di 2045 tidak mementahkan lagi ke hal hal yang sudah disepakati di 28 Oktober 1928. Kenikmatan apa lagi yang kita dustakan sebagai bangsa. Ikatan Kebangsaan harus lebih tinggi diatas ikatan Suku, Agama, Ras dan Golongan,” tegas Kun lagi.
Konsolidasi ini ditutup dengan konferensi pers yang dipimpin oleh Budiman Sujatmiko. Dalam konferensi pers tersebut, para aktivis 98 menyampaikan pernyataan sikap mereka untuk menjaga persatuan dan kemajuan Indonesia.
Konsolidasi intensif yang digelar oleh para aktivis 98 ini merupakan bentuk komitmen mereka untuk menjaga persatuan dan kemajuan Indonesia dalam bentuk upaya pemakzulan, dinasti politik serta menolak segala bentuk upaya untuk memecah belah bangsa lainnya, termasuk upaya yang menggunakan isu SARA.
(DR)
Editor & Penerbit: Den.Mj