Korban dari UU CIPTAKER, Rakyat Bukan Domba dan Bukan Bebek!

Ketua LSM Lembaga Konsultasi dan Perlindungan Konsumen (LKPK) Prov. Jateng

Sorotrakyat.com | Semarang – Akhir-akhir ini berita manuver para politisi untuk menghadapi pilpres dan pileg hampir mendominasi berita di media massa.

Seperti yang disampaikan Ketua LSM Lembaga Konsultasi dan Perlindungan Konsumen (LKPK) Prov. Jateng kepada redaksi media Sorotrakyat.com menyampaikan, “Saya melihat mereka lagi pada ngences atau ngiler melihat berbagai menu masakan yang sudah terhampar dan tersaji di depan meja makan,” ujarnya.

banner 325x300

Mereka semua ngiler, pengin segera ngabisin menu masakan yang terhampar di hadapan mereka.

Siapa dapat apa, dan bagaimana mendapatkannya itulah hari-hari menjelang pileg dan pilpres yang kurang beberapa bulan kedepan.

Lalu dimana posisi rakyat?

Posisi rakyat ya hanya sekadar bisa memberikan mereka tiket untuk bisa berebutan menu yang sudah terhampar di atas meja makan.

Mereka (para politisi) tidak akan bisa berebut menu masakan yang sudah terhampar di hadapan mereka ketika RAKYAT TIDAK MEMBERIKAN TIKET kepada mereka.

Namun, bagaimana nasib rakyat yang telah memberikan tiket untuk berkuasa itu?

Rakyat hanya dijadikan “kayu bakar” diadu domba, digiring seperti bebek dan dipaksa menyaksikan “pamer harta” dan kemewahan para pejabat.

Rakyat hanya dijadikan sebagai pancatan saja seperti anak tangga setelah mereka berhasil memanjat dan mendapatkan kekuasaan maka anak tangga itu dibuang untuk kemudian dipungut lagi saat akan ada pilpres dan pileg dan pilkada.

Terus saja berulang seperti itu sehingga yang namanya “keadilan sosial dan kesejahteraan” bagi seluruh rakyat Indonedia itu HANYA GOMBALAN AMOH saja.

Faktanya yang hartanya bertambah miliaran rupiah setiap tahunnya ya hanya para pejabat dan penguasa.

Dan mungkin yang hartanya bertambah triliunan hanya para pengusaha papan atas.

Rakyat banyak yang malah tambah susah karena kena PHK atau putus kontrak dsb. Korban dari UU CIPTAKER.

Baca Juga:  Kabupaten Humbahas Perlu Memilih Kepala Daerah yang Bisa Mensejahterakan Rakyatnya Khususnya Petani, Itu Tercermin di Paslon 4

Jadi bagaimana sikap rakyat menghadapi pemilu?

Pesan saya jangan mau diadu-adu domba karena rakyat bukan domba, rakyat adalah manusia yang bermartabat dan cerdas.

Jangan mau digiring-giring seperti bebek karena rakyat bukan bebek tetapi manusia yang bisa menentukan sikap.

Tetap semangat dan tetap mencintai Indonesia.

Best regards, penulis Drs. Suprayitno semarang

Editor & Penerbit : Den.Mj

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *