Sorotrakyat.com | Kota Bogor – Di tengah semarak menyambut bulan suci Ramadhan 1446 H, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orda Kota Bogor menghadirkan sebuah oase intelektual yang memikat. Acara bedah buku “Mindset Baru untuk Transformatif” karya Prof. Dr. Arief Satria, yang digelar pada Sabtu, 8 Maret 2025, menjadi penanda dimulainya rangkaian Bogor ICMI Islamic Festival (BIIF) yang akan berlangsung selama 15 hari ke depan.
Bertempat di Kota Bogor, acara ini bukan sekadar bedah buku biasa. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan dan membangun pola pikir transformatif di kalangan masyarakat, khususnya para cendekiawan Muslim. Dengan menghadirkan Dr. Kun Nurachadijat (Wakil Ketua 1 ICMI Kota Bogor dan SC BIIF) dan Prof. Dr. Budi Mulyanto (Rektor Universitas Nusa Bangsa) sebagai pembedah, serta Dr. Warcito sebagai moderator, diskusi berlangsung hangat dan penuh inspirasi.
Acara yang dihadiri Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, dan para kepala dinas ini, menjadi momentum penting dalam membangun mindset transformatif di Kota Bogor. Wali kota Bogor dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi atas terselenggaranya acara ini.
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya acara ini. “Saya berharap BIIF dapat menjadi momentum penting untuk membangun mindset transformatif di Kota Bogor,” tuturnya.
Prof Budi memaparkan bahwa kita harus sadar, bagaimana dulu kalau butuh TV, harus nonton TV. Bagaimana dulu butuh foto, harus datang ke kios foto dan mengafdruknya dll. Kini semua itu cukup dengan segenggam tangan, dengan istilah telepon pintar seperti sering Prof Arief mention di dalam tulisan tulisannya yang tertuang dalam buku tersebut.

Sedangkan Dr. Kun Nurachadijat memaparkan bahwa buku ini terbagi menjadi tiga bagian utama: Future Practice, Growth Mindset, dan Agile Learner. “Inti dari buku ini adalah setiap pemimpin harus meninggalkan warisan positif di setiap organisasi yang dipimpinnya. Hal ini hanya dapat terwujud jika pemimpin mampu beradaptasi dengan perubahan secara tanggap dan lincah (agile),” tegasnya.
Analogi yang disampaikan Dr. Kun tentang kecoa dan dinosaurus pun berhasil memukau audiens. “Ingat, mengapa kecoa dan dinosaurus hidup sezaman, tetapi dinosaurus punah sedangkan kecoa masih bisa kita temui? Itu karena dinosaurus tidak agile menghadapi perubahan,” ujarnya.
Analogi “kecoa” ini sontak memukau audiens, termasuk Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, dan para kepala dinas yang hadir. Dr. Kun, Wakil Ketua 1 ICMI Kota Bogor, menjelaskan bahwa inti dari buku ini adalah pentingnya “agile learner” bagi para pemimpin. “Setiap pemimpin harus meninggalkan warisan positif,” tegasnya. “Dan itu hanya bisa terjadi jika mereka mampu beradaptasi dengan lincah.”
Kun yang juga merupakan profesor kehormatan atas metodologi Visi Merah Putih, mengapresiasi Pemerintah Kota Bogor dan tokoh-tokoh masyarakatnya yang telah menunjukkan kemampuan sebagai agile learner. Salah satu contoh nyata adalah transformasi perayaan Cap Go Meh menjadi Bogor Street Festival (BSF) yang kini menjadi agenda pariwisata nasional.
“BSF adalah bukti nyata bagaimana Kota Bogor mampu beradaptasi dan berinovasi. Kami berharap BIIF dapat mengikuti jejak BSF dan menjadi agenda rutin Ramadhan berskala nasional,” ungkap Kun.
Acara bedah buku ini menjadi pembuka dari rangkaian BIIF yang akan berlangsung selama 15 hari ke depan pada Ramadhan 1446 H. Berbagai kegiatan menarik dan bermanfaat telah disiapkan untuk memeriahkan bulan suci ini.
Dengan semangat transformatif yang diusung, ICMI Kota Bogor mengajak seluruh masyarakat untuk ikut serta dalam BIIF dan bersama-sama membangun Kota Bogor yang lebih baik.
(DR)
Editor & Penerbit: Den.Mj