Bantuan 20 Unit Oxygen Concentrator dari BNPB ke Kota Bogor Disaksikan Dedie A Rachim

Sorotrakyat.com | Kota Bogor — Disituasi kelangkaan oksigen yang kini masih dialami, Kota Bogor mendapatkan bantuan sebanyak 20 unit Oxygen Concentrator dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai pengganti oksigen tabung untuk pasien Covid-19 yang membutuhkan. Sejumlah 20 unit bantuan konsentrator oksigen tersebut akan dialokasikan ke Rumah Sakit Perluasan RSUD Kota Bogor sebanyak 15 unit. Sementara sisanya dipergunakan di IGD RSUD Kota Bogor.


“Paling tidak dengan adanya oksigen konsentrator ini banyak warga Kota Bogor yang terbantu. Sementara kita masih menunggu pasokan oksigen yang seharusnya memang kebutuhannya sangat tinggi di RSUD,” kata Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim saat melihat langsung unit Oxygen Concentrator di RS Perluasan, GOR Pajajaran, Jumat (16/7/2021).

banner 325x300


Dedie mengatakan, kebutuhan oksigen di RSUD Kota Bogor sendiri membutuhkan setidaknya lebih dari 4,8 ton per hari. Itu semua untuk menangani pasien Covid-19 di sana. Di RSUD juga diperlukan sebanyak 210 tabung berukuran enam meter kubik.
“Jadi dengan kelangkaan dan kesulitan distribusi atau pasokan mengakibatkan penurunan kapasitas daya tampung. Sehingga mengakibatkan banyak orang melakukan isolasi mandiri,” sambung Dedie.


Di luar itu, tak hanya berbicara oksigen, Dedie juga menerangkan saat ini timbul permasalahan baru. Yakni soal ketersediaan obat – obatan. Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor meminta secara khusus kepada para penegak hukum untuk mencari kemana sebetulnya obat-obatan tersebut.
“Jangan sampai ada yang menimbun. Jika sampai terjadi penimbunan, harus segera ditindak. Karena masyarakat dalam kondisi darurat tidak bisa menunggu dan harus ada ketegasan dari aparat,” terang Dedie.


Di RSUD Kota Bogor sendiri, masih kata Dedie, obat-obatan ini didistribusikan langsung dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Akan tetapi fakta yang terjadi, jika masyarakat yang mempunyai resep dan mencari ke apotek, justru tidak ditemukan obat yang dimaksud.
Jangan sampai juga, ada masyarakat yang membeli hanya untuk persediaan. Sedangkan kedaruratannya tidak tertangani karena tidak tersedia. Hal serupa terjadi di semua rumah sakit. Ada 21 rumah sakit di Kota Bogor yang saat ini membutuhkan oksigen dan obat-obatan.

Baca Juga:  Wagub Jabar Uu Sidak Proyek Pembangunan Gedung RSUD Kota Bogor, Pastikan Sesuai Perencanaan


“Saya pikir pemerintah pusat dan daerah komitmen untuk membantu semaksimal mungkin keselamatan masyarakat, tetapi jangan ada oknum-oknum yang bermain. Dalam kondisi ini, kita tidak bisa mentolerir orang orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan,” tegasnya.


Menambahkan, Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Bogor, Ilham Chaidir menggambarkan, pasien Covid-19 dengan gejala berat rata – rata perlu pemakaian oksigen hampir 5 ton perhari. Karena memang, oksigen menjadi salah satu penanganan yang paling penting.


“Kemudian karena obat-obatan terbatas kita ada sekitar 200 lebih pasien atas rujukan dari rumah sakit yang pasiennya dalam kondisi sangat berat. Sehingga kebutuhan oksigennya bukan lagi 5 liter per menit, melainkan sudah minimal 15 liter per menit,” jelas Ilham.


Tentu dalam hal ini, pemakaian oksigen setiap harinya menjadi semakin banyak. Selain itu, para pasien covid ini juga sangat membutuhkan obat-obatan yang bisa mencapai 16 tablet obat setiap hari selama 5 hari untuk satu pasien.


“Sekarang dengan tidak ketersediaan obat ini, tentu kebutuhannya sangat banyak sekali. Karena obat-obatan ini tidak terpenuhi, terpaksa kami memakai plasma konvalesen. Ini pun sangat lambat dalam mencari para pendonor. Mungkin bagi para penyintas bisa mendonorkan darahnya sehingga kita lebih mudah menolong orang,” katanya. (Red)**

Editor & Penerbit : Den.Mj

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *